Selasa, 23 September 2014

Latar Belakang Berdirinya Posko Kekeringan dilereng merapi Oleh Rescue Turahan Awu Dan Radio Komunitas Rasta FM



Tahun  2014 ini mengalami musim kering yang cukup signifikan dimana air hujan yang ditampung masyarakat sudah sejak lama habis ditambah lagi sebagian masyarakat yang semula menggunakan air yang bersumber dari mata air Bebeng kini sudah tidak mengalir karena adanya kerusakan di bebeng, sehingga masyarakat harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. namun ironisnya ketika sekali dua kali mereka beli air tidak menjadi masalah akan tetapi karena hujan tak kunjung datang sehingga masyarakat menjadi sangat terpaksa untuk membeli air karena tidak ada jalan lain untuk hidup  dan harus mengalahkan kebutuhan pokok lainya demi mendapatkan air. disisi lain masyarakat yang tidak mampu membeli air ketika tidak ada bantuan air bersih mereka harus meminta ke tetangganya yang sebenarnya juga sama-sama berhemat dalam menggunakan air

Kemudian disisi yang lain masyarakat yang sebenarnya mampu untuk membeli air juga belum tentu mendapat air ketika kehabisan air karena antrian langganan yang cukup panjang kadang sampai berhari-hari baru mendapat giliran suplai dari air yang sebenarnya mereka bayar.
hal ini ketika disesuaikan dengan sudahkan hidup bersih dilakukan oleh masyarakat lereng merapi? ahirnya menjadi pertanyaan besar, karena untuk minum saja sulit jangan kan untuk mandi 2 kali sehari dan kebutuhan lainnya. mungkin bagi yang mampu tidalah menjadi soal namun jika bagi yang kurang mampu pasti sangatlah memprihatinkan.
selanjutnya kami melihat potensi dibeberapa wilayah seperti Desa Balerante, Panggang dan Talun disetiap wilayah terkecil Rukun Tetangga (RT) ada bak bak penampungan umum yang memang digunakan sebelumnya untuk menampung air yang bebas setiap warga mengambil dari tempat tersebut degan menggunakan derigen, sehingga membantu mempermudah ketika ada distribusi air.
Dari situ kami Relawan Turahan Awu dan Radio Komunitas Rasta FM yang berada di lereng merapi ikut ambil bagian mendirikan POSKO KEKERINGAN karena kami melihat droping dari berbagai pihak yang telah dilakukan belumlah merata dapat dirasakan semua masyarakat di lereng merapi terutama jalur Barat kali woro Klaten.

Sebagian kecil gambar bak umum milik warga yang kering















Kami berharap dana yang sedikit kami sisihkan dari kas Organisasi Kami yang jelas belum bisa mencukupi kebutuhan air bersih di wilayah kami mendapatkan tambahan dari donatur sehingga dapat mencukupi kebutuhan air bersih di wilayah kami bahkan dapat berkembang hingga wilayah yang kekeringan seKecamatan Kemalang secara menyeluruh.

Dalam distribusi Air Bersih kami akan meminjam truk  Tangki Air milik Anggota Relawan bahkan tidak menutup kemungkinan pinjam ke orang lain maupun lembaga yang siap mendukung kegiatan kami ini. yang sebenarnya truk tangki teman teman relawan kami juga harus melayani langganan mereka namun karenasituasi nya emergensi begini teman teman kami siap mengalahkan langganannya demi warga yang kurang mampu membeli air bersih, dan akirnya nanti harus dapat diatur sebaik mungkin agar semua dapat berjalan sebaik mungkin misalnya tiap harinya kami minta 2 tangki air dr masing-masing Truk tangki untuk kegiatan ini dan sisa waktu yang lain dapat dipergunakan untuk melayani pelanggan mereka.

Selanjutnya Kami Sangat berharap Muda-mudahan banyak Donatur yang peduli dengan masyarakat dilereng Merapi sehingga Posko Kekeringan yang kami dirikan benar-benar dapat membantu masyarakat secara lebih maksimal dan untuk donasi selain dapat disampaikan langsung diPosko kami yang beralamatkan di Posko Rescue Turahan Awu atau Studio Radio Komunitas Rasta FM yang berada di Dukuh Banjarjo Desa Panggang Kecamatan Kemalang juga dapat dikirimkan via 

Bank  BPD Jateng ( Kode 113 )
cabang Prambanan
No Rek 3-138-03620-0
Atas Nama Rescue Turahan Awu Induk B
CP 081578149075
ping 7597840B

Selanjutnya Donasi anda akan kami wujudkan Air Bersih yang nantinya akan kami salurkan  sampai pada bak bak umum yang ada disatuan wilayah terkecil RT RT di wilayah kemalang khususnya tiga desa di kulon woro kemalang klaten diantaranya Desa Balerante, Desa Panggang dan Desa Talun bahkan jika memungkinkan ke desa desa yang lain yang ada di wilayah kecamatan kemalang.
Kemudian Kami beserta Masyarakat Berdo'a semoga berkat Bantuan para donatur, kebutuhan air bersih benar benar dapat tercukupi dan atas kemurahan dan kepedulian para donatur serta berbagai pihak yang telah mendukung berdirinya POSKO KEKERINGAN ini mendapatkan Imbalan yang pantas dari Allah SWT. Amin
Kemalang, 23 September 2014
Salam Kemanusiaan
Koordinator Rescue Turahan Awu

Senin, 05 Mei 2014

Kegempaan di Gunung Merapi

Kegempaan di Gunung Merapi
Kegempaan di Merapi mulai dipantau sejak tahun 1930, yaitu pada saat ada kenaikan aktivitas saat itu. Studi tentang kegempaan secara anlitik dilakukan tahun 1968 oleh tim gabungan Indonesia - Jepang. Sejak saat itu gempa dibedakan berdasarkan jenisnya.
Dekade 1970an merupakan dekade penggunaan telemetri kabel, sensor seismograf dipasang terpisah dr lokasi perekamannya, Noise atau gangguan dari kegiatan manusia mulai bisa dikurangi karena seismometer ditempatkan pada lokasi yg terpisah. Tahun 1982 merupakan periode penggunaan sinyal radio, jarak lokasi stasiun pengirim dan penerima hampir tidak masalah lagi. Gempa di Gunung Merapi tergolong berskala kecil, ehingga gempa vulkanik hampir tidak dirasakan manusia. Magnitude berada dibawah 3 SR. Dari posisi sumber gempa, terjadi pada kedalaman dibawah 6 Km dibawah puncak. Pada umumnya gempa-gempa tergolong dangkal bahkan kurang dari 2 Km dibawah puncak. Dari distribusi lateral, gempa di Merapi tidak terlalu tersebar. Hiposenter gempa berada secara vertikal di bawah puncak.
JENIS GEMPA DI GUNUNG MERAPI
1. VTA (Vulkanik Dalam):
Gempa berasal dari kedalaman 2-5 Km, dari analisa frekuensi dominan tercatat pada elevasi 2625 mdpl, frekuensi berkisar antara 5 dan 8 Hz. Sebagai gempa yang mekanisme sumbernya seperti gempa tektonik, gempa ini mempunyai fase P dan S yang relatif dapat dibedakan dengan jelas. Simpangan (impuls) pertamanya (onset) cukup tegas sehingga mudah dalam membaca waktu tiba gempa. Walaupun masih tergantung pada limpasannya, beberapa stasiun seismograf yang terletask di lereng Merapi yang memiliki elevasi relatif lebih rendah kadang mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo yang lebih besar. Fenomena ini disebabkan karena lokasi pusat gempa cukup dalam. Diantara gempa-gempa yang terjadi di Merapi, gempa VTA merupakan gempa bermagnitude terbesar.
Energi gempa yang cukup besar dibanding dengan jenias lainnya, biasanya semua stasiun seismograf di puncak dan lereng Merapi dapat mencatat gempa ini dengan jelas.

2. Gempa VTB
Gempa ini bersumber pada kedalam kurang dari 2 Kilometer dibawah puncak. Frekuensi dominan gempa berkisar antara 4 dan 7 Hz. Dari kenampakannya pada seismogram, gempa ini mirip dengan VTA hanya sata fase P dan S tidak terlihat jelas. Karena posisinya dangkal, gempa tercatat dengan jelas pada elevasi tinggi sedangkan seismograf di lereng bwah mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo yang jauh lebih kecil.
3. Gempa MP (Multi Phase)
Gempa MP adalah gempa yang terjadi di kubah lava. Pada saat kubah lava tunmbuh cepat, jumlah kejadian gempa MP dapat mencapai 700 gempa per hari. Nampaknya gempa ini terjadi pada kerak-kerak kubah lava yang bergesekan pada saat kubah tumbuh. Frekuensi dominannya berkisar antara 3 dan 4 Hz. Dibandingkan dengan gemap VTA dan VTB awalan gempa yaitu impuls pertamanya tidak begitu tegas. Perkembangan amplitudo gempa juga bersifat gradual, yaitu amplitudo berkembang secara perlahan dan mencapai maksimum setelah 3 sampai 4 detik dari impuls pertamanya.
4. Gempa LF (Low Frequency)
Gempa LF mempunyai frekuensi dominan sekitar 1.5 Hz. Amplitudo gempa sangat kecil sehingga hanya bisa dibaca pada stasiun elevasi tinggi atau disekitar puncak atau pada stasiun seismik digital. Secara fisis jenis gempa ini berkaitan dengan pergerakan fluida gas didalam pipa kepundan yang berkaitan dengan kesetimbangan stress sntsr batuan akibat tekanan gas.

5. Gempa LHF (Low High Frequency)
Gempa LHF memiliki frekuensi dominan 1.5 – 7 Hz. Amplitudo gempa sangat kecil sehingga hanya bisa dibaca pada stasiun elevasi tinggi atau disekitar puncak atau pada stasiun seismik digital. Gempa ini terkait dengan pergerakan fluida gas didalam zona VTB.
6. Tremor
Di merapi terdapat dua macam tremor yaotu tremor frekuensi rendah dan tremor frekuensi tinggi. Tremor frekuensi rendah mempunyai frekuensi dominan 1,5 Hz. Kejadian tremor frekuensi rendah berkaitand engan gempa-gempa LF. Hal ini jelas saat terjadi banyak gempa LF, tremor frekuensi rendah juga sering terjadi. Pada saat sebelum letusan, sering tercatat tremor frekuensi tinggi. Kadangkala kejadian tremor diikuti suara gemuruh dari puncak Merapi. Beberapa kejadian letusan Merapi diawali dengan tercatatnya tremor frekuensi tinggi beberapa menit sebelum kejadian letusan.
7. Guguran
Guguran lava atau material dari puncak Merapi menuju lereng terlihat pada rekaman seismogram sebagai sinyal gempa dengan durasi panjang. Amplitudo guguran berkembang dari kecil dan mencapai maksimum setelah lebih dari 15 detik dari awal gempa. Dari panjangnya sinyal, guguran sangat mudah dibedakan dari gempa-gempa vulkanik

Kultwit kegempaan di #Merapi..



Kultwit kegempaan di #Merapi..
1. VTA (Vulkanik Dalam): Gempa berasal dari kedalaman 2-5 Km, dari analisa frekuensi dominan
    tercatat pada elevasi 2625 mdpl,
2. frekuensi berkisar antara 5 dan 8 Hz
3. Sebagai gempa yang mekanisme sumbernya seperti gempa tektonik, gempa ini mempunyai fase P     dan S yang relatif dapat dibedakan dengan jelas
4. Simpangan (impuls) pertamanya (onset) cukup tegas sehingga mudah dalam membaca waktu tiba     gempa.
5. Walaupun masih tergantung pada limpasannya, beberapa stasiun seismograf yang terletak di  
    lereng Merapi
6. yang memiliki elevasi relatif lebih rendah kadang mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo yang     lebih besar.
7. Fenomena ini disebabkan karena lokasi pusat gempa cukup dalam
8. Diantara gempa-gempa yang terjadi di Merapi, gempa VTA merupakan gempa bermagnitude
    terbesar.
9. Energi gempa yang cukup besar dibanding dengan jenias lainnya
10. biasanya semua stasiun seismograf di puncak dan lereng Merapi dapat mencatat gempa ini
      dengan jelas.
11. Gempa VTB: Gempa ini bersumber pada kedalam kurang dari 2 Kilometer dibawah puncak.
12. Frekuensi dominan gempa berkisar antara 4 dan 7 Hz
13. Dari kenampakannya pada seismogram, gempa ini mirip dengan VTA hanya sata fase P dan S
      tidak terlihat jelas.
14. Karena posisinya dangkal, gempa tercatat dengan jelas pada elevasi tinggi
15. sedangkan seismograf di lereng bwah mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo yang jauh  
      lebih kecil.
16. Gempa MP (Multi Phase) : gempa yang terjadi di kubah lava
17. Pada saat kubah lava tunmbuh cepat, jumlah kejadian gempa MP dapat mencapai 700 gempa
      per hari.
18. Nampaknya gempa ini terjadi pada kerak-kerak kubah lava yang bergesekan pada saat kubah
      tumbuh.
19. Frekuensi dominannya berkisar antara 3 dan 4 Hz.
20. Dibandingkan dengan gemap VTA dan VTB awalan gempa yaitu impuls pertamanya tidak begitu
      tegas.
21. Perkembangan amplitudo gempa juga bersifat gradual,
22. yaitu amplitudo berkembang secara perlahan dan mencapai maksimum setelah 3 sampai 4 detik
      dari impuls pertamanya.
23. Gempa LF (Low Frequency): mempunyai frekuensi dominan sekitar 1.5 Hz
24. Amplitudo gempa sangat kecil sehingga hanya bisa dibaca pada stasiun elevasi tinggi
25. atau disekitar puncak atau pada stasiun seismik digital.
26. Secara fisis jenis gempa ini berkaitan dengan pergerakan fluida gas didalam pipa kepundan
27. yang berkaitan dengan kesetimbangan stress sntsr batuan akibat tekanan gas.
28. Gempa LHF (Low High Frequency) : memiliki frekuensi dominan 1.5 – 7 Hz
29. Amplitudo gempa sangat kecil sehingga hanya bisa dibaca pada stasiun elevasi tinggi
30. atau disekitar puncak atau pada stasiun seismik digital.
31. Gempa ini terkait dengan pergerakan fluida gas didalam zona VTB
32. Tremor, Di merapi terdapat dua macam tremor yaotu tremor frekuensi rendah dan tremor
      frekuensi tinggi.
33. Tremor frekuensi rendah mempunyai frekuensi dominan 1,5 Hz. Kejadian tremor frekuensi
      rendah berkaitand engan gempa-gempa LF.
34. Hal ini jelas saat terjadi banyak gempa LF, tremor frekuensi rendah juga sering terjadi.
35. Pada saat sebelum letusan, sering tercatat tremor frekuensi tinggi.
36. Kadangkala kejadian tremor diikuti suara gemuruh dari puncak Merapi.
37. Beberapa kejadian letusan Merapi diawali dengan tercatatnya tremor frekuensi tinggi beberapa
      menit sebelum kejadian letusan.
38. Guguran, Guguran lava atau material dari puncak Merapi menuju lereng terlihat pada rekaman
      seismogram
39. sebagai sinyal gempa dengan durasi panjang.
40. Amplitudo guguran berkembang dari kecil dan mencapai maksimum setelah lebih dari 15 detik
      dari awal gempa.
41. Dari panjangnya sinyal, guguran sangat mudah dibedakan dari gempa-gempa vulkanik.
42. Kegempaan di Merapi mulai dipantau sejak tahun 1930, yaitu pada saat ada kenaikan aktivitas
      saat itu.
43. Studi tentang kegempaan secara anlitik dilakukan tahun 1968 oleh tim gabungan Indonesia –
      Jepang
44. Sejak saat itu gempa dibedakan berdasarkan jenisnya.
45. Dekade 1970an merupakan dekade penggunaan telemetri kabel, sensor seismograf dipasang
      terpisah dr lokasi perekamannya
46. NOise atau gangguan dari kegiatan manusia mulai bisa dikurangi karena seismometer
      ditempatkan pada lokasi yg terpisah
47. Tahun 1982 merupakan periode penggunaan sinyal radio, jarak lokasi stasiun pengirim dan
      penerima hampir tidak masalah lagi.
48. Gunung #Merapi tergolong gempa berskala kecil, sehingga gempa vulkanik hampir tidak
      dirasakan manusia
49. Magnitude berada dibawah 3 SR
50. Dari posisi sumber gempa, terjadi pada kedalaman dibawah 6 Km dibawah puncak.
51. Pada umumnya gempa-gempa tergolong dangkal bahkan kurang dari 2 Km dibawah puncak.
52. Dari distribusi lateral, gempa di Merapi tidak terlalu tersebar. Hiposenter gempa berada secara
       vertikal di bawah puncak.
53. Sekian dan Terimakasih.

Sumber @BPPTKG 

Rabu, 30 April 2014

Press Release Meningkatnya Status Gunung Merapi Dari Aktif Normal Menjadi Waspada

Berikut disampaikan Surat No. 326/04/BGV.K/2014 tentang kenaikan Status aktivitas Gunung
1. Kegempaan : Tanggal 20 -29 April 2014 terjadi gempa guguran 37 kali, MP 13 kali, Hembusan 4 kali, Tektonik 24 kali, LF 29 kali
2. Peningkatan signifikan terjadi pada gempa LF sebagai indikasi meningkatnya fluida gas vulkanik yg berpotensi menimbulkan letusan
3. Deformasi:Deformasi di yg dipantau secara instrumental dengan EDM, TIltmeter maupun GPS, tidak menunjukkan peningkatan signifikan
4. Visual: Dari Pos Pemantauan dilaporkan terdengar suara dentuman hingga radius 8 Km
5. Kesimpulan: Berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan secara instrumental dan visual, disimpulkan aktivitas mengalami penigkatan.
6.Dengan meningkatnya aktivitas tersebut maka terhitung mulai 29 april 2014 pukul 23:50 WIB status G. dinaikkan dari tingkat NORMAL menjadi WASPADA
7. Rekomendasi: Dengan meningkatnya Status aktivitas dari NORMAL menjadi WASPADA kepada para pemangku kepentingan dalam Penanggulangan Bencana G. direkomendasikan sbb:
a. Kegiatan pendakian untuk sementara tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dg upaya mitigasi bencana
b. Jika terjadi peningkatan aktivitas yang signifikan maka status akan segera ditinjau kembali
c. Masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi G. yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah
atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Merapi terdekat melalui radio komunikasi pada frekuensi 165075 Mhz, Kantor BPPTKG Jl. Cendana 15 Yogyakarta (0274) 514180/514192 atau Twitter
d. Pemerintah daerah direkmendasikan untuk mensosialisaikan kondisi saat ini kepada masyarakat
Demikian kami sampaikan atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih. Yogyakarta 29 April 2014
Sumber

http://youtu.be/J7KLzgORLRA

http://www.youtube.com/watch?v=9x6N7WYoxpE







Selasa, 15 April 2014

Daftar Kegiatan Rescue Turahan Awu Bulan Maret 2014




Daftar Kegiatan Rescue Turahan Awu Bulan Maret 2014
NO
TANGGAL
KEGIATAN
LOKASI
KETERANGAN
1
1-20 Maret 2014
Droping Air Bersih
Balerante, Panggang Talun dan jalur timur
Membantu memenuhi kebutuhan air bersih kepda masyarakat
2
1 Maret 2014
Pertemuan Rutin
Posko
Laporan kegiatan dan evalusi.
3
2 Maret 2014
Pemantaua Alur Kali Woro
Kali woro
Jembatan Cek Dam 4 landai
4
3 Maret 2014
Evakuasi 2 Korban Laka lantas Truck
Banjarjo
Korban Selamat sampai RS Tegalyoso
      1.Kernet Patah 2 kaki
      2. Sopir Selamat setelah digali
5
4 Maret 2014
Penyerahan Tulang Lutut ke pihak keluarga Korban
Posko

6
5 Maret 2014
·         Pemantaua Alur Kali Woro
Kali woro
Proteksi di Semua jalur penyeberangan
7
·         Bersih-bersih Jembatan CD 4

Pakai Tangki BPBD
8
·         Evakuasi Pohon Tumbang
Timur Madat Talun
Menghalangi Jalan
9
6 Maret 2014
Evakuasi 1 Korban Laka lantas Truck
Sebelah Posko
Sopir Selamat Terjepit di dalam Kabin Nginap diposko
10
7 Maret 2014
Stanby berjaga, hembusan Merapi
Posko dan Induk
Tidak perlu ada evakuasi warga
11
11 Maret 2014
Menghadiri Undangan
Polres Klaten
Diskusi Penertiban Tambang Galian C
12
16 Maret 2014
·         Pembuatan dan Pemasangan Rambu Jalan
Banjarjo, Tegalweru
5 Titik terpasang
13
·         Pengerasan Badan Jalan Depan Posko
Depan Posko
Betonisasi
14
·         Pemantaua Alur Kali Woro
Kaliworo
1 Truck Terjebak
15
·         Evakuasi Truck di kaliworo
Diatas CD 1
Putus As lalu ditarik
16
17 Maret 2014
Pemantaua Alur Kali Woro
Kali woro
Aliaran Kecil
17
20 Maret 2014
Mengembalikan Tangki Air
BPBD

18
22 Maret 2014
Mendampingi Dandim dan BPBD Melihat Merapi
Sebelah Pos 2 Jlr Pendakian
Pengumpulan data untuk Pemetaan Potensi Bahaya oleh Komandan Kodim
19
24 Maret 2014
Evakuasi Truk gelimpang
Evakuasi Rekan
Yungyang woro
Tegalyoso
Insident Kuda hitam
Igd RS Tegalyoso
20
25 Maret 2014
Jenguk Rekan
Tegalyoso
Faktor x
21
26 Maret 2014
Jenguk Rekan
Tegalyoso dan Sidorejo
Pulih sehat
22
27 Maret 2014
Bekap Evakuasi warga
jalur evakuasi
Penertipan arus Armada
23
28 Maret 2014
·         Penyiraman Jalur Evakuasi dgn BPBD
jalur evakuasi
Menghilangkan Pasir dijalan
24
·         Evakuasi korban laka lantas motor
Gulangan
Korban kesakitan di pundak
25
30 Maret 2014
Gotong Royong
Monumen Lindugede
Persiapan Peringatan Sewindu Gempa Bumi